KECERDASAN ANAK DIBENTUK SEJAK DALAM KANDUNGAN
KECERDASAN seorang anak tidak datang begitu saja. Banyak faktor yang memengaruhi kecerdasan baik internal maupun eksternal, seperti status kesehatan, genetika, neurobiologi, emosi, spiritual, pengasuhan, lingkungan, pendidikan dan latihan, nutrisi serta rekayasa.
Kecerdasan seorang anak dimulai sejak janin dalam kandungan. Perkembangan otak bayi selama dalam rahim ibu sangat cepat dan diikuti perkembangan selanjutnya pada usia 2-3 tahun. Periode tersebut merupakan masa sangat berharga bagi anak.
''Usia lima atau enam tahun pertama menunjukkan sekitar 50% sel-sel otak (neuron) berkembang tersambung-sambung. Proses penyambungan itulah yang menjamin luas dan kukuhnya fondasi kecerdasan seorang anak,'' ujar pakar kesehatan anak Dr Sunartini dari Fakultas Kedokteran UGM ketika berbicara dalam seminar kecerdasan anak di Hotel Quality. Kegiatan dalam rangka HUT Ke-46 TK Batik PPBI Yogyakarta tersebut merupakan kerja sama Pigeon dan diikuti ratusan ibu muda.
Untuk merangsang kecerdasan janin selama dalam kandungan, perlu pendidikan pralahir, belaian lembut, dan sesering mungkin berkomunikasi dengan janin. Satu hal yang belum banyak dilakukan ibu hamil, yaitu mendengarkan musik klasik. Tiga tahun pertama setelah kelahiran merupakan masa kritis bagi pertumbuhan anak. Perkembangan otak anak perlu dirangsang dengan musik dan karya seni lain.
Keluarga adalah tempat yang paling utama dalam perkembangan anak. Lingkungan keluarga harus dibuat kaya inovasi, kreatif, dan penuh gairah agar anak terangsang berbuat sesuatu. Selain itu, lingkungan sekolah sangat juga penting bagi penanaman nilai-nilai sosial, etika, dan lain-lain.
Psikologi
Dr Indria Laksmi Gamayanti yang juga dari FK UGM menambahkan, aspek psikologi perkembangan anak meliputi koginitif, emosi, sosial, motorik, dan bahasa.
''Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan dua hal yang saling berhubungan. Keduanya hasil interaksi yang unik dari faktor-faktor genetik dan lingkungan, nature and nurture,'' ujar Laksmi.
Lingkungan dalam arti luas sangat kompleks karena perpaduan dari lingkungan fisik, psikologis, sosial, geografis, demografis termasuk stimulasi, gizi, dan peristiwa atau pengalaman anak. Hasil berbagai interaksi itulah yang membuat seseorang menjadi unik, khas sehingga terbentuklah individual differences.
Dia menuturkan, kecuali berbagai aspek tersebut, ada waktu saat anak siap menerima sesuatu dari luar. Masa tersebut biasanya disebut masa peka dan harus menjadi perhatian orang tua.
''Bila dalam masa kritis itu seorang anak tidak memperoleh rangsangan tepat misalnya latihan atau belajar, dia kelak akan mendapat banyak kesulitan. Begitu pula rangsangan yang terlalu cepat akan membuahkan hasil yang tidak baik,'' paparnya.
Masa peka atau kritis tersebut muncul saat tubuh telah masuk, otot-otot kaki telah kuat untuk berjalan. Hal itu juga muncul ketika lingkungan menghendaki, misalnya latihan kebersihan di sekolah. Namun, hal tersebut tak akan berjalan bila lingkungan masyarakatnya menghendaki lain. ''Masa peka muncul saat ada kesiapan pribadi untuk mencapai tugas tertentu, memenuhi kebutuhan tertentu misalnya motivasi dan cita.''Membentuk anak agar cerdas dan tidak salah menentukan pilihan memang sangat penting dilakukan sejak anak dalam kandungan hingga perkembangannya. Karena itu, GKR Hemas yang membuka kegiatan tersebut mengingatkan, kecerdasan anak tak hanya dilihat dari aspek inteligensi tapi juga emosional dan spiritual.
Sumber : Maaf ya lupa coz dah lama punya artikel ini
0 Comments:
Post a Comment
<< Home