Moga Menjadi Manfaat

Berharap menjadi Hamba-Nya yang terus menebar kebaikan... Menebar manfaat dan Ilmu... Semoga bisa menjadi amal baik tuk di akhirat nanti... Amin...

Monday, October 02, 2006

Pendidikan Janin Membentuk Generasi Rabbani

ANAK adalah manusia masa depan yang menjadi mata rantai keberadaan manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagi orang tua, anak merupakan harapan sekaligus amanah dari Allah SWT yang harus dididik dan dijaga kemaslahatannya untuk kemudian dipertanggungjawabkan. Allah mengibaratkannya sebagai perhiasan dunia (QS. Al Kahfi : 46), penghibur hati dan penenang jiwa/qurrota a’yun (QS. Al Furqan : 74), juga cobaan (QS. At Taghabun).

Seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), karena eksistensi kefitrahan dan kesucian seorang anak inilah maka baik buruknya anak dikemudian hari tak lepas dari usaha orang tuanya mengarahkan kemana kiblat nuraninya difokuskan. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab agamawi untuk menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada anaknya. Ini terlihat jelas dalam sabda Nabi SAW "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah ibunyalah yang menentukan ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi."

Peran aktif orang tua dituntut guna memberikan referensi agama dalam setiap sisi kehidupan anak dalam rangka membentuk kepribadian anak supaya mereka dapat tumbuh sehat, baik secara fisik maupun spiritual sehingga pada akhirnya menjadi keturunan yang baik (Dzurriyatun thayyibah). Penyetiran kendali perilaku anak dengan teknik penanaman nilai-nilai agama akan menentukan perilaku mereka sehingga diharapkan mereka menjadi generasi rabbani yang memiliki kepribadian Islami. Demikianlah orang tua punya peran yang penting untuk menciptakan generasi yang shaleh dan berakhlak mulia yang telah diupayakan Islam berabad-abad lamanya.

Pendidikan janin
Manusia adalah makhluk yang harus dididik. Seperti yang dikatakan Imanuel Kant, manusia hanya dapat menjadi manusia karena adanya pendidikan. Diperlukan usaha pendidikan untuk mengembangkan potensi-potensi pada manusia agar terarah hingga membentuk suatu kemampuan yang diperlukan baik yang bersifat kognitif, afektif ataupun yang bersifat psikomotor.

Orang tualah yang pada mulanya harus mengembangkan potensi-potensi tersebut secara teratur dan bijaksana. Bimbingan orang tua terhadap anak dapat diawali sejak anak masih dalam kandungan. Bahkan Islam pun memberi anjuran kepada suami istri dalam "menanam benih" dengan cara-cara Islami sebagai manifestasi dari planning pembentukan karya besar tersebut. Manakala pasangan suami istri melakukan hubungan intim mereka dianjurkan untuk memulainya dengan berdoa agar mendapatkan bayi yang baik sebagaimana kehendak-Nya. Artinya, dengan doa ini Islam telah menunjukkan bahwa harapan untuk mendapatkan bayi yang baik sudah diajarkan-Nya. Bahkan, lebih jauh lagi, sebelum melangsungkan pernikahan, orang dianjurkan memilih pasangan hidup, yang -meminjam istilah Ki Hajar Dewantara- memiliki bibit, bebet dan bobot yang baik.

Islam telah memberikan konsep yang jelas berkenaan dengan pendidikan yang ditujukan kepada janin yang kesemuanya itu merupakan fondamen bagi pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Pendidikan janin merupakan sebuah langkah pendidikan yang baik dan memberi hikmah bagi kelanjutan pertumbuhan janin yang dikandung seorang ibu.

Secara teoritis, menyitir keterangan dr. Karno Suprapti, seorang ahli obstetri dan ginaekologi, janin memiliki kemampuan menerima stimulan (rangsangan) dari luar. Menurutnya, pemberian rangsangan tersebut bisa dilakukan saat syaraf bayi sudah tumbuh yaitu sejak usia kandungan 12 minggu sebab pada usia ini otak janin telah mampu merekam segala hal yang dirangsangkan padanya, yang kemudian ketika ia lahir dan tumbuh, memori itu akan terbuka dan ia tidak akan merasa asing lagi. Karena itulah, di negara-negara maju, para pakar pendidikan dengan serius menyusun stimulus-stimulus yang mereka pandang baik untuk dirangsangkan kepada anak dalam kandungan.

Seorang profesor di Jepang yang bernama Suzuki yang memiliki keahlian dibidang musik pernah melakukan percobaan terhadap dua kelompok ibu hamil. Salah satu kelompok itu diperdengarkan musik klasik dan kelompok lainnya tidak. Ternyata kelompok ibu hamil yang diperdengarkan musik klasik tersebut menghasilkan anak-anak yang dapat lebih cepat belajar musik ketimbang anak-anak yang tidak diperdengarkan musik klasik ketika ia dalam kandungan.

Tidak mengherankan jika ada pendapat bahwa pada saat istri mengandung setiap kebiasaan yang terjadi dalam lingkungannya akan memberikan pengaruh kepada janin. Bahkan ada pula pendapat yang mengatakan pendengaran dan makanan ibunya akan menurun pada anak yang dikandungnya. Karena itulah, ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk menjaga dirinya mengerjakan hal-hal yang baik dan bertakarruf, mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang kesemuanya itu untuk kebaikan anaknya dan ibu sendiri dalam menambah amal ibadahnya. Maka, secara ideal, seorang calon ibu haruslah mempersiapkan dirinya secara psikologis maupun fisiologis secara matang. Tentu saja, proses "kematangan seorang ibu" memerlukan waktu yang panjang dan tidak bisa dicapai dalam waktu sekejap, seperti halnya sebuah kota yang tidak dibangun dalam sehari.

Mendidik anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan ucapan dan perbuatan. Bagi wanita yang hamil biasanya disuruh untuk "menjahit bibirnya", artinya mereka dilarang mengucapkan hal-hal yang tidak baik, disuruh menjaga perkataannya dan dianjurkan untuk banyak membaca shalawat, dzikir dan Al Qur’an. Ada anjuran untuk membaca Surah Yusuf, Maryam atau Surah Waq’iah yang kesemuanya itu untuk kebaikan ibu dan anak. Dengan tadarrus Al Qur’an nii diharapkan sejak dini anak mendengarkan seruan-seruan-Nya.

Pendidikan janin dapat pula dilakukan dengan melakukan ibadah-ibadah misalnya sholat malam dan sholat sunnat atau doa-doa untuk menanamkan harapan atas janin yang dikandungnya. Tak kalah pentingnya, usapan yang lembut disertai salam yang diucapkan pagi, siang atau malam serta kalimat-kalimat thayyibah lainnya, tentunya dapat memberi arti yang besar bagi perkembangan psikologi anak sebab sebagaimana pendapat sebagian psikolog, 75 % anak yang berada dalam kandungan akan terpengaruh oleh tekanan psikologi ibunya. Karena itu, kemampuan ibu mengendalikan emosi dan sabar pada saat mengandung merupakan tarbiyah tersendiri yang berpengaruh positif pada janin.

Prof Dr H Baihaqi A.K. dalam bukunya Mendidik Anak Dalam Kandungan mengemukan banyak metode yang mudah, menarik dan praktis untuk mendidik anak atau janin yang ada dalam kandungan. Metode tersebut misalnya dengan penghargaan melalui ucapan, misalnya jika bayi bergerak, ibu berkata, "alhamdulillah bayiku sehat dan aktif."

Dengan penghargaan semacam itu ibu dan ayah merasa senang dan bahagia sehingga dengan sendirinya merangsang bayi mereka untuk gembira dan senang hati pula. Bisa pula dengan pemberian hadiah, misalnya susu atau baju untuk istri yang hamil, juga dengan menceritakan sesuatu yang baik kepada istri atau berdiskusi atau menyanyikan lagu-lagu religius dengan niat ibadah dan mendidik anak dalam kandungan. Metode-meteode seperti itu dapat menjadi rangsangan edukatif yang positif bagi bayi yang dikandung sekaligus membina lingkungan Islami bagi mereka.

Metode yang cukup praktis adalah dengan mengikutsertakan anak melalui ucapan dalam segala perbuatan baik yang dilakukan ibu, misalnya ketika akan sholat, ibu berkata, "Nak, ayo kita sama-sama sholat." Ketika akan mengunjungi orang sakit, ibu dapat berkata, "Nak, ayo kita mengunjungi orang sakit," dan seterusnya. Ucapan-ucapan atau ajakan-ajakan yang edukatif itu tentunya akan direspon oleh anak dalam kandungan, yang kadang-kadang ibu malah kurang menyadarinya. Demikian beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua, terutama ibu yang diharapkan dapat menurun kepada janin.

Menyambut kelahiran
Kelahiran seorang anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang tua. Sebenarnya melahirkan bukan peristiwa langka seperti halnya kemunculan "Komet Halley" yang hanya muncul hampir sekali dalam satu abad. Kelahiran berlangsung setiap saat di dunia ini dan tetap saja dianggap sebagai peristiwa istimewa dalam kehidupan manusia.

Islam memberikan beberapa petunjuk bagi orang tua dalam menyambut kelahiran bayinya. Pertama, mempersiapkan nama yang baik sebab memberi nama merupakan salah satu tugas orang tua. Pemberian nama, paling tidak akan mencerminkan kepribadian dan kedalaman pendidikan pemberinya. Kedua, membacakan adzan ditelinga kanan bayi dan iqamah ditelinga kirinya. Dalam referensi agama digambarkan bahwa Rasulullah SAW pernah beradzan di telinga Hasan bin Ali ketika ia baru saja dilahirkan oleh putri Rasulullah SAW, Fatimah.

Memperdengarkan asma Allah di telinga bayi yang baru lahir cukup untuk membuat syaithan gusar sekaligus menjadi gerbang awal bagi bayi menuju Islam. Makanya. pada saat menjelang kelahiran bayi, seorang suami hendaknya selalu mendampingi istrinya, sekaligus juga untuk menambah kesiapan mental istrinya.

Ketiga, taknik yaitu membersihkan mulut bayi bagian atas dengan sesuatu yang manis. Mungkin, ini dilakukan untuk mempersiapkan mulut bayi menyusu kepada ibunya. Seorang sahabat. Abu Musa RA menceritakan bahwa ketika ia mempunyai anak dan kemudian membawanya kepada Rasulullah SAW, maka Rasul membersihkan mulut bayi itu dengan kurma.

Keempat, aqiqah yaitu penyembelihan kambing, dua ekor untuk anak laki-laki dan seekor untuk anak perempuan. Bersamaan dengan aqiqah dan pemberian nama ini, disunnatkan pula untuk mencukur rambut bayi. Meskipun pencukuran rambut bayi ini tampaknya sederhana namun sebenarnya mempunyai hikmah yang cukup penting dan berguna. Antara lain, sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti sunnah Rasul-Nya dan memperkuat hubungan masyarakat sebab sebagaimana dianjurkan oleh Rasul SAW, pencukuran rambut bayi diiringi dengan penimbangan berat rambut tersebut dengan berat perak yang disedekahkan kepada fakir miskin.

Selain itu, pencukuran rambut bayi juga berguna untuk membersihkan rambut kotor dan sisia-sisa lemak. Ibnul Qayyim dalam buku Tuhfatul Maudud mengatakan, pencukuran rambut bayi merupakan sarana dan upaya penyehatan sang bayi sebab menjadikan pori-pori kulit kepalanya lebih terbuka, rambut menjadi lebih subur dan mungkin juga berpengaruh dalam menguatkan daya penglihatan, pendengaran dan penciuman. Wallahu’alam.

Dosen di Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin

0 Comments:

Post a Comment

<< Home