Berpuasa untuk Memelihara Emosi
Esensi berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momen bagi umat muslim untuk lebih bertakwa, disamping meningkatkan amal dan melatih kesabaran. Tapi mengapa justru di bulan puasa emosi kita mudah meledak?
Udara panas yang memicu rasa haus ditambah rasa lapar dapat membuat tubuh lemas dan emosi ikut menjadi tidak stabil. Akibatnya karena hal sepele kita menjadi mudah marah dan uring-uringan. Hanya karena kertas kerja terselip, kita dapat bertengkar dengan rekan kerja. Atau karena si kecil tidak mau tidur siang, kita menjadi sangat kesal dan marah padanya.
Karena kita tidak minum dan makan hampir 14 jam, maka suplai oksigen ke otak akan berkurang dan kadar gula dalam darah pun akan menurun sehingga mempengaruhi kerja saraf parasimpatik dalam otak yang mengatur tubuh untuk rileks dan sabar.
Tetapi jangan hanya karena alasan medis tersebut, sikap marah-marah kita dibenarkan selama bulan puasa. Justru di bulan ini, kesungguhan dan kenikmatan kita beribadah akan semakin terasa jika emosi kita terpelihara dengan baik.
Berpuasa di bulan suci Ramadhan tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan jasmani, seperti menyehatkan sistem pencernaan, tetapi juga menyehatkan mental, diantaranya memberi ketenangan, melatih disiplin pada anak, memberi kekuatan moral dan memelihara emosi.
Nah, agar kita sukses mengendalikan emosi di bulan suci tahun ini, kita harus dapat bersabar sehingga merasa lebih tenang dalam menghadapi situasi yang sulit. Secara garis besar, ada dua cara untuk mengendalikan emosi atau amarah, yaitu:
Menghindari Rasa Marah, dengan:
Menghindari KonflikJagalah sikap dan ucapan kita baik di rumah ataupun di kantor. Hindari pula sikap semena-mena, seperti main perintah, mengkritik atau menguliahi orang lain yang dapat menimbulkan konflik dan ketegangan.
Memelihara Komunikasi yang BaikPendapat yang berbeda, terutama yang berhubungan dengan tugas kantor, dapat menimbulkan adu argumentasi antara kita dan rekan kerja. Argumentasi ini dapat menjadi diskusi yang menyenangkan selama kita menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan pendapat secara sopan. Gunakan pula humor untuk mencairkan suasana.
Menghentikan Rasa Marah, dengan:
Rileksasi
Cara rileksasi yang paling mudah kita lakukan adalah menarik napas panjang yang disertai dengan ucapan positif untuk menenangkan diri sehingga amarah kita dapat diredam.
Merubah Cara BerpikirMarah dapat menyebabkan kita mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat menyakiti perasaan orang lain sehingga menimbulkan pertengkaran. Cobalah untuk berpikir secara rasional dengan mengingatkan diri sendiri bahwa di bulan puasa ini kesabaran kita sedang diuji. Marah juga tidak akan menyelesaikan permasalahan dan tidak akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Saling memaafkan tidak hanya dilakukan di hari raya, saat di bulan suci pun kita sudah selayaknya memberi maaf pada mereka yang telah berbuat salah. Selain membuat perasaan menjadi lebih lega, memaafkan juga akan mempertahankan tali silaturahmi. Hendaknya, kebiasaan mengendalikan emosi ini dapat kita pelihara meski bulan puasa sudah lewat. Karena sesungguhnya, puasa akan merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. (**/nas)
Sumber : Sahabatnestle
0 Comments:
Post a Comment
<< Home