BERTENGKAR DI DEPAN ANAK? BOLEH ASAL...
Mungkin pernyataan ini membuat Anda kaget. Kok, boleh bertengkar di depan anak? Ya, boleh, kok. Tapi, tentu saja, dengan sejumlah catatan. Boleh saja orang tua berselisih paham atau berbeda pendapat di depan anak. Justru anak jadi paham dan dapat memetik pelajaran, bahwa berbeda pendapat merupakan hal wajar dan bisa dicarikan jalan keluarnya. Coba saja pikir, bagaimana mereka akan pernah belajar bernegosiasi dan berdebat yang benar jika tidak ada seorang pun yang pernah mengajarkannya?Ingat, ayah dan ibu adalah contoh bagi anak-anak. Termasuk model untuk bagaimana bertingkah laku dalam kehidupan. Jadi, bersikaplah sebagai contoh model yang baik, termasuk saat Anda berdua tengah berselisih. Caranya? Simak tips berikut.
1. Berlaku sopan
Jangan pernah berdebat atau berselisih yang diakhiri dengan menyakiti salah seorang (terutama di depan anak-anak). Jangan pernah mengecilkan/meremehkan pasangan.
2. Tenang
Berteriak, saling memaki, bicara dengan nada tinggi, jelas berbeda dengan berdiskusi. Itu berarti menekan atau memaksa orang lain untuk mendengarkan Anda. Suara yang tenang akan selalu lebih efektif dalam berdebat, karena akan membuat lawan bicara mau mendengarkan.
3. Tetap berteman
Perlihatkan pada anak-anak bagaimana cara bernegosiasi yang efektif dan "tetap menjadi teman" jika semua masalah telah dibicarakan dan selesai. Pada akhir perselisihan, kedua belah pihak harus berlapang dada dan tetap saling menghargai, menerima, dan mencintai.
4. Bukan musuh
Ingat Anda bukan merupakan musuh dari orang di dalam konflik yang terjadi. Anda hanya mempunyai ide yang berbeda untuk mencapai sesuatu kesepakatan. Lihatlah pada tujuannya secara umum dan bagaimana cara terbaik untuk menyatukan suatu argumen kendati berbeda jalan. Nah, bukankah hal ini merupakan suatu keahlian, keterampilan yang baik yang patut diajarkan kepada anak-anak?
5. Tidak menyangkut mereka
Jangan pernah berselisih di depan anak-anak dengan topik perselisihan yang menyangkut perilaku anak-anak itu sendiri. Saat untuk memberi pelajaran yang baik dapat menjadi hancur berantakan jika anak mulai menjadi takut karena mendengar komentar pribadi Anda dan pasangan mengenai diri mereka.
6. Menerima kekalahan
Ajarari anak bagaimana cara menerima kekalahan dengan anggun, lapang dada. Jadilah seorang yang sportif dan bukan pendendam. Merasa kecewa adalah hal yang wajar dan ada cara yang baik untuk melihatkan hal ini. Kemudian belajar atau bangkitlah untuk menghilangkan perasaan tersudut, kalah, dan lainnya. Perlihatkan pada si kecil, semua itu merupakan suatu pelajaran terbaik dalam kehidupan!
7. Jadilah diri sendiri
Tapi jangan berlebihan. Memang, memiliki pendapat merupakan sesuatu yang oke sehingga anak tahu, ada sesuatu hal dalam kehidupan yang penting dan harus kita pertahankan. Tapi usahakan untuk tidak berlarut-larut. Biarkan berlalu jika sudah berlalu dan tunjukkan pada anak, bagaimana proses dari semua itu.
8. Berhati besar
Ketika konflik sudah bisa diatasi dan "persetujuan" disepakati, terima semua itu dengan besar hati. Dengan kata lain, jangan mengungkit-ungkit kembali masalah selama seminggu terus-menerus, misalnya. Perlihatkan pada anak, berselisih paham atau berbeda pendapat adalah sesuatu yang wajar dan bisa dicarikan jalan keluarnya untuk kemudian hidup rukun lagi. Nah, dari hal-hal tersebut d atas, anak akan belajar, jika dua orang saling menghargai, berargumen secara sehat, segala perselisihan atau perdebatan bisa dislesaikan dengan baik lewat negosiasi. Anak pun belajar untuk melihat dan menghargai pandangan atau ide orang lain, menghormati bahwa orang lain mungkin memiliki pendapat yang berbeda tapi kemudian bisa mendapat kata sepakat. Sudah siap untuk bertengkar sehat di depan buah hati tercinta?
Sumber : Nova
1. Berlaku sopan
Jangan pernah berdebat atau berselisih yang diakhiri dengan menyakiti salah seorang (terutama di depan anak-anak). Jangan pernah mengecilkan/meremehkan pasangan.
2. Tenang
Berteriak, saling memaki, bicara dengan nada tinggi, jelas berbeda dengan berdiskusi. Itu berarti menekan atau memaksa orang lain untuk mendengarkan Anda. Suara yang tenang akan selalu lebih efektif dalam berdebat, karena akan membuat lawan bicara mau mendengarkan.
3. Tetap berteman
Perlihatkan pada anak-anak bagaimana cara bernegosiasi yang efektif dan "tetap menjadi teman" jika semua masalah telah dibicarakan dan selesai. Pada akhir perselisihan, kedua belah pihak harus berlapang dada dan tetap saling menghargai, menerima, dan mencintai.
4. Bukan musuh
Ingat Anda bukan merupakan musuh dari orang di dalam konflik yang terjadi. Anda hanya mempunyai ide yang berbeda untuk mencapai sesuatu kesepakatan. Lihatlah pada tujuannya secara umum dan bagaimana cara terbaik untuk menyatukan suatu argumen kendati berbeda jalan. Nah, bukankah hal ini merupakan suatu keahlian, keterampilan yang baik yang patut diajarkan kepada anak-anak?
5. Tidak menyangkut mereka
Jangan pernah berselisih di depan anak-anak dengan topik perselisihan yang menyangkut perilaku anak-anak itu sendiri. Saat untuk memberi pelajaran yang baik dapat menjadi hancur berantakan jika anak mulai menjadi takut karena mendengar komentar pribadi Anda dan pasangan mengenai diri mereka.
6. Menerima kekalahan
Ajarari anak bagaimana cara menerima kekalahan dengan anggun, lapang dada. Jadilah seorang yang sportif dan bukan pendendam. Merasa kecewa adalah hal yang wajar dan ada cara yang baik untuk melihatkan hal ini. Kemudian belajar atau bangkitlah untuk menghilangkan perasaan tersudut, kalah, dan lainnya. Perlihatkan pada si kecil, semua itu merupakan suatu pelajaran terbaik dalam kehidupan!
7. Jadilah diri sendiri
Tapi jangan berlebihan. Memang, memiliki pendapat merupakan sesuatu yang oke sehingga anak tahu, ada sesuatu hal dalam kehidupan yang penting dan harus kita pertahankan. Tapi usahakan untuk tidak berlarut-larut. Biarkan berlalu jika sudah berlalu dan tunjukkan pada anak, bagaimana proses dari semua itu.
8. Berhati besar
Ketika konflik sudah bisa diatasi dan "persetujuan" disepakati, terima semua itu dengan besar hati. Dengan kata lain, jangan mengungkit-ungkit kembali masalah selama seminggu terus-menerus, misalnya. Perlihatkan pada anak, berselisih paham atau berbeda pendapat adalah sesuatu yang wajar dan bisa dicarikan jalan keluarnya untuk kemudian hidup rukun lagi. Nah, dari hal-hal tersebut d atas, anak akan belajar, jika dua orang saling menghargai, berargumen secara sehat, segala perselisihan atau perdebatan bisa dislesaikan dengan baik lewat negosiasi. Anak pun belajar untuk melihat dan menghargai pandangan atau ide orang lain, menghormati bahwa orang lain mungkin memiliki pendapat yang berbeda tapi kemudian bisa mendapat kata sepakat. Sudah siap untuk bertengkar sehat di depan buah hati tercinta?
Sumber : Nova