Moga Menjadi Manfaat

Berharap menjadi Hamba-Nya yang terus menebar kebaikan... Menebar manfaat dan Ilmu... Semoga bisa menjadi amal baik tuk di akhirat nanti... Amin...

Thursday, October 05, 2006

10 Langkah Mengisi Ramadhan Bersama Anak

Shaum (puasa) Ramadan adalah salah satu pilar dari Rukun Islam. Maka mendidik anak untuk berpuasa Romadhon menjadi kewajiban keislaman yang integral bagi para orang tua. Para sahabat Rasul telah mendidik putra-putri mereka yang masih kecil untuk berpuasa.

Seperti yang dituturkan shahabiyah Rubayyi' binti Mu'awwiz tentang bagaimana cara mereka mendidik anak-anak mereka berpuasa Asyura (sebelum diwajibkan puasa Romadhon: " ...dan kami melatih anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka ke masjid dan kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila diantara mereka ada yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba waktu berbuka" (HR. Bukhari Muslim).

Dari riwayat diatas, kita dapat mengetahui bahwa para sahabat memberikan perhatian yang serius dalam melatih putra-putri mereka untuk membiasakan berpuasa. Lantas apa yang dapat kita lakukan saat ini untuk meneladani tradisi sahabat tadi ? Ada 10 panduan yang perlu kita perhatikan :

1. Melakukan pengkondisian menyambut Ramadhan dengan memberi bekalan pemahaman yang memadai tentang keutamaan Ramadhan. Jika pengkondisian ini dilakukan berulang-ulang sejak sebelum Ramadhan tiba, sangat mungkin akan tumbuh niat yang kuat pada anak untuk berpuasa Ramadhan.

2. Menyambut Ramadhan dengan keriangan dan keceriaan. Rasulullah telah menasehati Abdullah bin Mas'ud untuk menyambut Ramadhan dengan wajah yang berseri tidak cemberut. Jika kita perluas keceriaan tadi, dapat juga dengan cara memberi dekorasi yang khas pada kondisi rumah, sehingga anak semakin menyadari akan keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan lainnya. Hal ini akan menstimulus mereka untuk berpuasa.
Dibuat sedemikian rupa sehingga bulan Ramadhan adalah hari-hari yang paling indah untuk dikenang sang anak hingga mereka remaja dan dewasa. Ini tentu akan lebih mudah tercapai jika ada peran serta masyarakat umum dan pemerintah dengan menghidupkan syiar-syiar Ramadhan di jalan raya, perkantoran, pabrik, media masa dan lain-lain.

3. Menata jam tidur anak-anak sehingga akan mudah bergairah saat bangun sahur. Waktu sahur sebaiknya diakhirkan (kira-kira satu atau setengah jam menjelang salat subuh) sebagaimana anjuran Rasulullah. Hikmahnya antara lain agar setelah sahur tidak terlalu lama menunggu waktu subuh.

4. Tidak meletakkan makanan, minuman dan buah-buahan secara terbuka, sehingga akan menggoda mereka untuk segera membatalkan puasanya. Makanan diletakkan pada tempat yang jauh dari perhatian mereka. Hal ini juga sepatutnya diperhatikan oleh restoran dan penjaja makanan dipinggir jalan.

5. Terhadap anak yang baru berlatih puasa (belum kuat dan gampang terpengaruh), sebaiknya mereka dijauhkan bermain dari anak-anak yang malas berpuasa. Dan didekatkan dengan anak-anak lainanya yang juga tekun berlatih. Ini perlu dilakukan agar mereka memperoleh rasa kebersamaan, bukan keterasingan karena puasanya.

6. Melatih berpuasa dengan bertahap dan menjanjikan hadiah sebagai rangsangan. Misalnya diawali dengan izin berbuka sampai jam 10, lalu jam 12 dan seterusnya sampai akhirnya penuh sampai waktu berbuka. Hadiahnya disamping penghargaan dan pujian sebagai anak yang sabar, juga dapat diberikan hadian lain yang beraspek mendidik berupa alat-alat belajar.

7. Stimulus dengan pahala dan surga dari Allah. Jadi hadiah materi diatas tak menutupi stimulus ganjaran Allah. "Jika kamu berpuasa, maka kamu ikut membuka pintu pahala dari Allah bagi orangtuamu yang telah mendidikmu untuk berpuasa" . Anak akan senang karena sekaligus dapat berbuat sesuatu kebaikan untuk orangtuanya.

8. Memberi alternatif pengisian waktu yang tepat dan positif. Baik dengan istirahat tidur di siang panas, maupun dengan alternatif permainan yang mendidik untuk melupakan mereka dengan rasa haus dan lapar yang menyengat. Sebagaimana yang telah dilakukan shahabiyah di masa Rasul. Saat ini sudah ada pesantren Ramadhan untuk anak-anak dan remaja, ini juga alternatif kegiatan yang menyenangkan bagi mereka.
Atau orangtua dapat juga bersepakat dengan anak-anaknya untuk memasang target, bahwa seusai bulan Ramadhan kemampuan mereka mengaji Al Quran harus lancar dan lebih baik. Perhatian kepada Al Quran memang harus lebih besar di bulan Ramadhan, karena Al Quran diturunkan pertama kali pada bulan ini. Dapat pula orang tua membacakan kisah-kisah keteladanan Islami, atau mendengarkan kaset-kaset cerita Islami.

9. Mengajak anak-anak untuk meramaikan syiar Ramadhan, seperti sholat tarawih berjamaah di masjid, mengaji dan mengkaji Quran, menyimak ceramah-ceramah agama, menyuruh mereka mengantar makanan ke masjid untuk orang yang berbuka puasa, lebih menggemarkan berinfak, shadaqah dan lainnya.

10. Khusus untuk para orang tua, jika mereka menyepelekan pendidikan puasa Ramadhan bagi anak-anaknya, maka mereka harus siap bertanggung jawab kepada Allah kelak di akhirat, jika putra-putrinya kemudian melalaikan kewajiban puasa Ramadhan. Oleh karena itu mereka harus memanfaatkan semaksimal mungkin pembiasaan puasa Ramadhan bagi anak-anaknya sejak dini. Dengan perhatian yang intens dan cara-cara yang bijak, niscaya dapat menggugah kesadaran anak-anak untuk berpuasa. Kesadaran itu tentu akan merupakan tabungan ibadah bagi para orang tua yang telah mendidik mereka.

Jika hal-hal di atas kita lakukan, maka Insya Allah keberkahan Romadhonakan turun ke setiap keluarga muslim.


Ustadzah Herlini Amran
Sumber : Millis Fahima

Tips Orangtua Membimbing Anak yang Cerdas

Bimbingan dan penanganan khusus tidak hanya diberikan untuk anak-anak yang kecerdasannya kurang atau yang memiliki keterbelakangan mental, tetapi juga untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau sering disebut anak-anak cerdas.

Sebenarnya pengertian anak cerdas ini sangat beragam, karena kecerdasan bisa meliputi berbagai aspek, seperti intelektual, emosional, spritual, kinestetik, musik, interpersonal, akademis dan sebagainya.

Tapi secara awam, budaya masyarakat kita cenderung menganggap anak cerdas adalah anak yang selalu jadi juara kelas atau yang jago matematik. Padahal, tentu tidak selalu demikian. Belum tentu semua anak yang cerdas adalah anak yang jago matematik atau anak yang selalu jadi juara kelas. Ada banyak anak yang tidak menjadi juara kelas tapi sebenarnya ia tergolong anak yang cerdas.Ada banyak anak yang cerdas berbahasa tapi tidak pandai matematik, atau ada anak yang pandai bergaul tapi kurang trampil dalam hal menggambar, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pengertian cerdas di sini menggambarkan adanya potensi-potensi yang menonjol yang dimiliki anak dan bersifat unik antara anak yang satu dengan yang lain.

Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda, tugas kitalah sebagai orangtua untuk memahami potensi pribadinya/ kecerdasannya secara tepat untuk kemudian membantunya untuk mengaktualisaksikan kecerdasan yang dimilikinya tersebut.

Dalam usaha membantu mengaktualisasikan kecerdasan yang dimiliki anak, berikut ini ada beberapa tips bagi orangtua agar dapat membimbing anak-anaknya yang cerdas.

  1. Amati dan pahami apa kelebihan dan kekurangan anak. Anak yang cerdas sekalipun, tidak berarti ia menguasai semua bidang.Sebagai manusia, ia juga tetap memiliki kekurangan.Berikan tuntutan yang realistis dan sesuai dengan kemampuannya atau potensi yang dimilikinya. Memaksakan anak untuk menguasai sesuatu yang tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya atau yang bukan minatnya , hanya akan membuat anak tertekan. Akibatnya anak akan malas belajar, tidak menyukai bidang tersebut atau bahkan tidak berminat untuk sekolah.
  2. Ada baiknya orangtua bersama-sama ahli mencari tahu dengan jelas potensi-potensi apa yang dimiliki anak dan mendiskusikan program apa yang sebaiknya diberikan pada anak, sekolah apa yang baik untuk anak dan pada tingkat mana pelajaran harus diberikan pada anak. Buatlah perencanaan untuk pendidikan anak sesuai dengan potensinya.
  3. Berikan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat anak.Sediakan sarana atau lingkungan yang memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan potensinya.Misalnya bila anak senang menari, masukkan anak ke sanggar tari,bila anak suka matematik, masukkan anak ke kursus matematik, dsb.
  4. Sering-seringlah mengajak anak berdialog. Beri anak kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau keinginannya. Beri anak kebebasan untuk berpikir beda dari yang kita fikirkan, karena anak-anak yang cerdas biasanya mempunyai minat yang luas dan mempunyai banyak topik pembicaraan yang ingin disampaikannya.
  5. Simaklah apa yang diceritakan anak dan jawablah pertanyaan anak dengan tepat ,sabar dan bijaksana. Jangan matikan rasa ingin tahu dan kreativitas anak dengan tidak memperdulikannya atau menjawab asal-asalan. Alangkah baiknya dalam menjawab pertanyaan anak,kita juga mengarahkan anak untuk bersama-sama menemukan jawabannya melalui buku, koran,dsb. Sehingga anak juga terlatih untuk berfikir dan berusaha aktif dalam menemukan solusi.
  6. Memberikan pembinaan mental.Anak cerdas bukan berarti seorang yang serba tahu bagaimana harus bertingkah laku.Seperti anak-anak yang lain, anak yang cerdas juga harus diarahkan untuk mengenal disiplin, tanggung jawab dan mempunyai keterikatan yang kuat pada tugas yang sedang dihadapinya.
  7. Diperlukan kreativitas orang tua/guru dalam membimbing anak-anak yang cerdas agar terhindar dari problem psikologis akibat kecerdasan yang dimilikinya, seperti problem sulit beradaptasi, stress, suka mengganggu teman atau membuat keonaran karena merasa bosan dengan pelajaran di kelas. Memberikan program pengayaan pengetahuan pada anak diharapkan dapat menciptakan tantangan bagi anak dalam belajar sehingga anak tidak lagi merasa bosan dengan pelajaran di kelas.Dalam program pengayaan misalnya dapat dilakukan eksperimen yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi dan memuaskan keingintahuannya , mengaitkan materi pelajaran dengan pengalamannya atau dengan pengetahuan-pengetahuan yang bisa diperoleh dari berbagai media,dsb.
  8. Jangan meng’anak emas’kan anak cerdas dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang kurang cerdas.Karena hal ini akan membuatnya menjadi anak yang besar kepala, egois,manja dan berbuat semaunya.
  9. Ciptakan suasana rumah yang penuh kedamaian, rasa cinta dan saling menghormati,karena hal ini akan mendukung tercapainya aktualisasi kecerdasan yang dimiliki anak, terutama untuk perkembangan bahasa, pikiran, emosi dan kehidupan sosialnya.
  10. Beri anak kesempatan untuk bermain dan bergaul dengan teman-temannya. Jangan memaksa anak untuk ikut banyak les yang menghabiskan waktu bermainnya.Jangan memaksa anak untuk lebih dini dan lebih cepat dalam menyelesaikan kurikulum di sekolah. Biarkan anak tumbuh kembang sesuai dengan usianya.
  11. Ciptakan pola pengasuhan yang bersifat authoritatif dimana orangtua memberi pengertian pada anak tentang alasan dari aturan atau perintah yang diberikan dan bersikap terbuka terhadap keinginan anak.Namun tetap memberikan batasan-batasan agar anak tetap berada pada jalur yang benar.

Oleh : Dra. Adriani Purbo Psi. MBA

Sumber : Sahabat Nestle

Tips Agar Si Kecil Tangguh

Ketika anak memasuki usia sekolah, banyak hal baru yang belum pernah dijumpai anak. Misalnya saja, ia harus menghadapi beban pelajaran sekolah yang lebih berat, menghadapi teman-teman yang belum pernah ia kenal sebelumnya, menghadapi keterpisahan dengan orangtua selama di sekolah, dan sebagainya. Dimana kesemua ini dapat berpotensi menjadi sumber masalah bagi anak. Misalnya saja sikap anak menjadi pemalu, anak jadi enggan/malas ke sekolah, bahkan apabila anak pernah mengalami perlakuan yang kasar atau diejek oleh anak lain, mungkin saja anak malah jadi mogok sekolah. Adanya potensi masalah seperti tersebut di atas, dapat diminimalisir apabila anak memiliki sikap mental yang tangguh.

Mengingat pentingnya sikap tangguh pada anak dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul seperti disebutkan di atas, berikut ini ada beberapa tips yang dapat digunakan oleh orangtua dalam mengasah dan mengembangkan sikap tangguh pada anak.

Bangkitkan rasa percaya diri anak.
Ingatkan anak mengenai kelebihan-kelebihan dan keistimewaan yang ada pada dirinya sehingga timbul rasa percaya dirinya untuk berani menghadapi dan mengatasi masalah yang ada.

Pupuklah rasa kemandirian pada anak.
Beri kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu sesuai minat dan kemampuannya sendiri. Bersikaplah optimis dan percaya bahwa anak akan mampu mengatasi masalahnya secara mandiri.

Berikan kesempatan pada anak untuk belajar mengelola kegagalan, kegelisahan dan kekecewaan serta konflik yang dirasakannya secara bijak.
Adanya kegagalan dan keterbatasan seringkali menjadi pemicu timbulnya ide-ide atau kreativitas dalam mengatasi suatu permasalahan, sehingga justru menjadikan anak lebih tangguh dalam menghadapi hidup.

Arahkan anak untuk berfikir positif terhadap setiap hal yang dijumpainya.
Ajarkan pada anak untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. Hal ini berguna bagi anak untuk belajar memahami masalah dan belajar mengendalikan diri dalam menyikapinya.

Ajak anak untuk dapat menyeimbangkan waktunya antara belajar dan bermain atau mengerjakan hobinya.
Hal ini berguna agar anak dapat tetap memiliki semangat dalam menghadapi tekanan-tekanan atau masalah-masalah yang muncul.

Hargailah sekecil apapun keberhasilan anak dalam mengatasi masalah-masalah yang ada. Doronglah anak untuk lebih meningkatkan usahanya dan bersikap sabar bila hasil yang dicapainya belum optimal. Sesekali bisa saja orangtua memberikan apresiasi berupa hadiah pada saat anak menunjukkan hasil usaha atau kerja kerasnya.

Bila dengan berbagai usaha anak, ternyata anak belum mampu mengatasi masalahnya,
maka ada baiknya orangtua membantu anak untuk mengidentifikasi masalah yang ada dan memberikan dukungan atau saran-saran dalam menyelesaikannya. Hal ini diperlukan agar anak tidak merasakan stress yang berkepanjangan yang membuatnya kehilangan semangat untuk tetap berusaha memecahkan masalahnya.

Dalam menanggapi kegagalan anak,
hindari respon yang bernada menyalahkan atau meremehkan anak. Tunjukkan perhatian dan sikap empati terhadap anak. Hal ini diperlukan agar anak tetap bersikap tangguh sekalipun ia sempat mengalami kegagalan.

Beri kesempatan pada anak untuk mengenali emosinya dan emosi orang-orang di sekitarnya.
Hal ini berguna untuk melatih kecerdasan emosi, kecerdasan intrapersonal dan interpersonalnya, dimana semua itu sangat berperan dalam menjadikan anak menjadi tangguh dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Oleh: Dra. Adriani Purbo, Psi. MBA
Sumber : sahabat Nestle

Makan Bersama Mendorong Kebiasaan Makan Sehat

Nutrisi yang baik dan pola makan seimbang dapat membantu anak tumbuh sehat. Di kelompok umur manapun anak kita berada, entah itu balita maupun remaja, kita memerlukan strategi untuk mendorong kebiasaan makan sehat dalam keluarga. Langkah-langkah di bawah ini dapat membantu Anda menumbuhkan hal tersebut:

Mengadakan acara “makan bersama” keluarga secara teratur.
Menyediakan makanan sehat dan makanan ringan yang beragam.
Menerapkan pola makan sehat untuk diri kita sendiri.
Menghindari perdebatan tentang makanan.
Melibatkan anak dalam proses
.


Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah di atas tidak selalu mudah dilakukan. Apalagi bila Anda tergolong ibu yang sibuk dan sering membeli makanan makanan siap saji. Namun, bagaimanapun padatnya jadwal Anda, makan bersama keluarga sebaiknya perlu dilakukan, minimal sekali sehari. Mengapa? Sebab, kebiasaan ini membuat anak dan orang tua dapat bertemu muka dan merasa lebih dekat ketimbang keluarga yang biasa makan sendiri-sendiri. Selain itu, Anda juga dapat mengecek menu makan anak tanpa mereka merasa dipaksa. Sebab, apa yang ada di meja makan, bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk Anda.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak yang rutin makan bersama keluarga cenderung menyukai buah, sayuran, dan biji-bijian, tidak menyukai camilan yang tidak sehat, antirokok, dan tidak minum alkohol.

Keuntungan lain dari makan bersama adalah kemudahan memperkenalkan menu-menu baru pada anak. Dari responsnya, Anda bisa segera tahu mana makanan yang mereka sukai dan mana yang tidak.

Makan bersama juga tetap dapat diterapkan meskipun anak sudah menginjak usia remaja. Walaupun tugas ini lebih sulit – usia remaja biasanya identik dengan perilaku yang tidak suka diatur – tetap saja Anda perlu mencari waktu untuk membimbing mereka. Saat paling tepat untuk berbagi dan mendengarkan curahan hati remaja adalah pada saat makan bersama. Untuk mengajak mereka makan bersama, cobalah kiat ini:

Tidak melarang anak membawa temannya untuk ikut makan malam.
Libatkan mereka dalam perencanaan dan persiapan makanan.
Jaga suasana makan yang tenang dan bersahabat – jangan menggurui atau mengomel
.

Makan bersama bisa dilakukan pada waktu malam – saat semua orang sudah tiba di rumah. Tapi, Anda juga dapat melakukannya pada pagi atau siang hari di akhir pekan.

Sumber : sahabat Nestle

Mengelola Persediaan Bahan Makanan Sehat

Anak-anak, terutama yang masih kecil, memiliki kecenderungan untuk menyantap setiap jenis makanan yang disediakan orangtuanya di rumah. Oleh karena itu, kita perlu memerhatikan dan mengatur persediaan bahan makanan dengan seksama. Caranya? Ikuti saja petunjuk dasar ini:

  • Selalu menyediakan buah-buahan dan sayuran setiap hari.
  • Mudahkan anak untuk memilih makanan ringan yang sehat dengan membuat buah-buahan dan sayuran menjadi makanan siap saji. Juga sediakan makanan ringan sehat lainnya seperti yogurt atau biskuit gandum dan keju.
  • Sajikan daging tanpa lemak dan sumber protein yang baik seperti telur dan kacang.
  • Pilih roti gandum dan sereal agar anak-anak mendapatkan lebih banyak zat besi.
  • Batasi asupan lemak dengan menghindari makanan yang digoreng dan pilkih metode masak yang lebih sehat seperti bakar, rebus, panggang, atau kukus.
  • Batasi masakan siap saji dan makanan ringan yang kurang bergizi, seperti keripik dan permen. Namun, jangan memberlakukan aturan yang terlampau keras dengan melarang makanan semacam itu terhidang di meja makan. Boleh saja kedua jenis makanan itu disajikan sesekali, supaya anak-anak tidak merasa kehilangan.
  • Batasi minuman yang mengandung gula, seperti soda dan minuman rasa buah. Lebih baik sajikan air putih dan susu. Susu menambah banyak asupan kalsium, yang penting untulk tulang yang sehat. Kebutuhan kalsium untuk usia 6-8 tahun adalah 800 mg sehari dan 1300 mg sehari untuk usia lebih dari 9. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan:
    1. 1 cangkir susu (300 mg kalsium)
    2. 1 cangkir jus jeruk yang diperkaya kalsium (300 mg kalsium)
    3. 2 ons keju (300 mg kalsium)
    4. 1 cangkir yogurt (315 mg kalsium)
    5. ½ cangkir buncis putih yang dimasak (120 mg kalsium)

Sumber : sahabat Nestle

PIRAMIDA MAKANAN ANAK

Bingung menyusun menu anak? Cobalah Anda melirik piramida makanan anak di bawah ini. Sebagai panduan pola makan sehari-hari untuk anak usia 2-6 tahun, Anda bisa memperoleh banyak ide kreatif untuk memperoleh susunan menu yang memuat nutrisi seimbang.

Yang penting diingat dalam piramida makanan anak adalah menghindari penyajian makanan dan minuman yang tidak baik, seperti penggunaan botol susu yang terlalu lama, terlalu banyak makanan manis, minuman ringan dan minuman sari rasa buah, serta makanan yang dapat membuat anak tersedak seperti kacang, anggur, popcorn atau permen.

Memperhatikan pemberian nutrisi pada anak sangat diutamakan. Sebab, jumlah nutrisi yang tepat, selain dapat membuat fisik anak tumbuh lebih baik, juga dapat menghindarkan mereka dari risiko penyakit seperti kegemukan, kekeroposan tulang, dan diabetes. Agar anak-anak memperoleh nutrisi terbaik, lakukan hal-hal ini:

Menyajikan jenis makanan yang beragam
Melakukan olahraga yang seimbang
Memilih makanan dari jenis gandum, sayuran, dan buah-buahan
Memilih makanan rendah lemak dan non kolesterol
Mengonsumsi gula dan garam secara wajar
Memilih makanan dengan kadar kalsium dan zat besi yang cukup, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan anak-anak
Kebiasaan dalam pemilihan makanan yang sehat sebaiknya juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Sediakanlah selalu makanan, susu, dan minuman yang rendah lemak dan rendah kalori, dan hindari penyediaan makanan dan minuman berkalori tinggi, minuman ringan, dan es krim.


Penyajian sesuai piramida

Untuk memperoleh jumlah nutrisi yang tepat, anak harus mengonsumsi beragam jenis makanan. Perlu diperhatikan bahwa selera makan akan menurun dan anak akan lebih memilih jenis makanannya ketika tingkat pertumbuhannya semakin lambat. Peningkatan berat badan tidak akan menjadi masalah apabila diimbangi dengan aktivitas yang sesuai. Bila ia tidak boleh lagi mengonsumsi banyak makanan, tawarkan beragam jenis makanan dengan jumlah porsi yang lebih sedikit.

Kelompok Gandum.

Meliputi satu potong roti, setengah cangkir nasi atau pasta, setengah gelas sereal masak dikombinasikan dengan sedikit sereal siap saji. Sajikan sebanyak 6 kali sehari.

Kelompok Nabati.

Meliputi setengah gelas sayuran potong atau satu gelas sayuran daun. Sajikan sebanyak 3 kali sehari.

Kelompok Buah-buahan.

Meliputi satu jenis buah, ¾ gelas jus buah murni, ½ gelas buah kaleng atau ¼ gelas buah kering. Sajikan sebanyak 2 kali sehari.

Kelompok Susu.

Meliputi satu gelas susu/yogurt atau 2 ons keju. Sajikan sebanyak 2 kali sehari.

Kelompok Daging

Meliputi 2-3 ons daging lunak masak/unggas/ikan, ½ gelas kacang kering masak. Satu ons daging dapat menggantikan dua sendok makan mentega atau satu butir telur. Sajikan 2 kali sehari.

Lemak, Minyak dan Gula

Kandungan lemak dalam makanan yang disajikan tidak boleh lebih dari 30%. Jenis lemak yang dikonsumsi juga penting untuk diketahui. Saturated Fats (lemak jenuh), terdapat pada daging, produk susu dan kelapa, dan dapat meningkatkan kadar kolesterol. Unsaturated dan Polyunsaturated Fats (lemak tak jenuh), terdapat pada zaitun dan kacang jagung. Batasi lemak jenuh sebanyak 10% dalam konsumsi kalori sehari-hari.

Dengan sedikit kandungan nutrisi, gula menyumbang sejumlah besar kalori. Termasuk di dalamnya white sugar, brown sugar, sirup, madu, gula cair, permen, minuman ringan, selai dan jelly.

Agar anak tetap bernafsu makan tanpa takut kegemukan:

Pilih daging tanpa lemak atau produk susu rendah lemak
Pilih minyak nabati dan mentega yang menggunakan sayur dan buah-buahan sebagai bahan dasarnya.
Baca tabel nutrisi pada kemasan untuk mengetahui komposisi jumlah dan jenis lemak.
Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh, lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol.
Batasi makanan berkadar gula tinggi dan hindari mengonsumsi gula tambahan dalam makanan.


Sumber : sahabat Nestle

Anak Perlu Bermain

Dewasa ini, banyak sekali kita jumpai anak-anak yang kehilangan waktu bermain karena padatnya jadwal belajar yang harus dilakukannya setiap hari, seperti mengikuti kegiatan belajar di sekolah, mengerjakan PR, belum lagi kalau harus ditambah dengan berbagai les. Praktis waktu anak sudah habis digunakan untuk belajar dan belajar terus. Akibatnya tidak jarang kita jumpai timbul rasa jenuh pada anak, bahkan stress, uring-uringan, mogok sekolah dan sebagainya.

Orangtua seringkali lupa atau tidak menyadari bahwa seorang anak tidak hanya membutuhkan pintar dalam bidang akademik, seperti membaca, menulis dan berhitung. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya bersenang-senang, bertoleransi, berkomunikasi, bersosialisasi dan sebagainya. Hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan hanya dengan belajar.

Sebenarnya dalam dunia anak, perbedaan antara kegiatan belajar dan bermain, masih amat tipis. Mereka “hanya” mengenal kegiatan bermain yang sebenarnya juga sekaligus kegiatan belajar baginya. Sehingga tidak heran, kalau anak-anak lebih mudah belajar dengan cara bermain ketimbang dengan cara yang “serius” atau yang bersifat fungsional demi mencapai target atau hasil akhir. Dengan ketrampilan dan pengetahuannya yang masih serba terbatas, anak melakukan aktivitas bermain justru untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya dan mengenal siapa dirinya. Dengan demikian, kegiatan bermain merupakan bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak di berbagai bidang kehidupannya seperti: fisik, intelektual, emosi dan sosial.

Ciri-ciri aktivitas bermain Hal-hal menonjol yang menjadi ciri dari aktivitas bermain pada anak adalah apabila dalam melakukan kegiatan tersebut anak merasa senang/nikmat, tidak merasa terpaksa, bebas berekspresi dan berimajinasi serta tidak terbebani dengan target atau hasil akhir yang harus dicapai. Bila anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan bukanlah bermain.

Bermain dan perkembangan fisik Dengan bermain, anak mengasah kekuatan dan ketrampilan fisiknya,seperti mengembangkan kepekaan pengindraan, menguasai ketrampilan motorik kasar dan halus, serta menyalurkan energi fisik yang terpendam. Misalnya pada permainan berguling, melompat, merangkai manik-manik, menyusun puzzle, kejar-kejaran, berenang, dsb.

Bermain dan perkembangan intelektual Bermain membantu anak memahami dunia sekitar. Ia dapat menyelidiki dan menemukan sesuatu, menguji teori mereka, mencoba hubungan sebab akibat dan belajar tentang banyak hal. Fungsi bermain terhadap perkembangan intelektual atau kemampuan berfikir (kognitif) ini misalnya dapat dilihat pada saat anak bermain dengan meraba halusnya sebuah kapas atau kasarnya bulu sikat cucian, dimana dengan ini ia dapat mempelajari konsep kasar dan halus. Melalui pengalaman dan penghayatan anak saat bermain, anak juga akan memperoleh informasi sehingga pengetahuan dan pemahamannya menjadi lebih kaya dan lebih dalam. Selain itu saat bermain anak juga akan mendapat kesempatan untuk menghadapi berbagai persoalan yang harus dipecahkan, membangun kemampuan kognitifnya seperti mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menarik kesimpulan. Dengan bermain, anak juga dapat mengembangkan kemampuannya untuk berkonsentrasi.

Bermain dan perkembangan emosi Melalui kegiatan bermain, anak dapat menumpahkan seluruh perasaannya, seperti: marah, takut, sedih, cemas atau gembira. Dengan demikian, bermain dapat merupakan sarana yang baik untuk pelampiasan emosi, sekaligus relaksasi. Misalnya saja pada saat anak bermain pura-pura atau bermain dengan bonekanya. Selain itu bermain juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk merasa kompeten dan percaya diri. Dalam bermain, anak juga dapat berfantasi sehingga memungkinkannya untuk menyalurkan berbagai keinginan-keinginannya yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata ataupun menetralisir berbagai emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya seperti rasa takut, marah dan cemas.

Bermain dan perkembangan social Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan sikap sosial, seperti:belajar bekerjasama, menunggu giliran, berbagi,bersikap sportif, dsb. Selain itu dengan bermain anak akan belajar berkomunikasi, belajar berorganisasi, belajar menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada, serta belajar mencapai keharmonisan dan kompromi dengan orang lain.

Melihat berbagai manfaat yang dapat dicapai dengan bermain, maka sudah seharusnyalah kita sebagai orangtua memberi kesempatan pada anak untuk bermain. Jangan terlalu ambisius dan terobsesi untuk menjadikan anak pintar secara akademik saja, sehingga membebani anak dengan jadwal belajar yang padat, tanpa memberikan kesempatan untuk bermain. Menyadari bahwa dunia anak yang sesungguhnya adalah dunia bermain, maka potensinya akan dapat berkembang dengan optimal bila anak diberikan haknya untuk bermain. Namun demikian, keterlibatan yang tepat dari orangtua masih tetap diperlukan, terutama dalam hal menyediakan sarana permainan yang aman, nyaman dan efektif. Juga dalam hal membangun hubungan emosi yang positif dengan anak, memotivasi dan membimbing anak agar dapat memanfaatkan kegiatan bermainnya seoptimal mungkin serta menyeimbangkan waktunya dalam melakukan kegiatan-kegiatan selain bermain.


Oleh: Dra. Adriani Purbo, Psi. MBA
Sumber : sahabat Nestle

Ayo, Bergerak Nak!

Tak ada yang lebih penting dari memiliki tubuh sehat. Kesehatan dapat dicapai di antaranya dengan olah raga dan kegiatan lain yang bersifat gerak-badan, hal ini pun perlu untuk kebugaran anak. Meminta anak berhenti nonton TV tidaklah mudah, namun ‘mengajak’ anak banyak gerak, tak harus selalu dengan ‘beban-kata’ stop TV dan olah raga. Berbenah tempat tidur, menata meja makan, melibatkan persiapan sarapan praktis seperti menyedu susu dan sereal, menyusun rak buku dan lemari pakaian tak kalah gerak dengan bowling. Untuk Ananda yang lebih besar menyapu, melap meja, pintu, kaca, mengepel tak kalah gerak dibanding senam pagi atau golf. Saat libur, berkebun, menyapu halaman, mencangkul tanah, mencat dinding yang rendah tak kalah meriah dan membakar energi dibanding tenis.

Kegiatan fisik yang dilakukan dilakukan secara teratur, dapat membantu mengontrol berat badan, memperlancar metabolisme, "memperbaiki" selera makan, membentuk tulang kuat, membuat tidur lebih berkualitas, selain membentuk jiwa sehat dari badan yang sehat.

Tips agar anak giat gerak.
Bangun tidur ku terus
Regangkan badan, mandi, ibadah pagi.
Merapikan tempat tidur.
Bersihkan seluruh kamar dan lemari di hari libur.

Ikut ibu…
Menata meja, menyiapkan sarapan
Makan pagi, meringkas meja

Jalan kaki atau bersepeda ke sekolah
Bila jarak sekolah 30 menit jalan kaki, jangan naik kendaraan.
Atau naik sepeda
Parkirkan mobil berjarak 10 menit jalan kaki

Ayo nyanyi, dansa, joged, senam, bersenang-senang!
Bila bicara engkau bisa, menyanyipun bisa
Bila melangkah engkau bisa, menaripun bisa
Bunyikan musik, nyanikan lagu, serong kanan-kiri,
langkah maju-mundur, goyang lompat sesuka hati
Tepuk tangan bungkukkan badan kiri dan kanan, hi, hi, hi…

Mari bersepeda
Yuk kayuh dik sepeda roda tiga,
Genjot terus kak sepeda roda dua,
Diiringi sepeda ayah dan bunda
Pakailah pengaman, lutut, siku dan kepala

“Jalan” sekeluarga
Ayo kita ke mal, jalan saja
Ayah, bunda, adik, kakak, lomba naik tangga
Nenek naik tangga-jalan karna cedera

Ayo Bermain di luar
Matikan TV, rapikan balok-susunmu, simpan buku-bukumu
Ajak kawan-kawan, tetangga main bersama
Petak umpet, lempar bola atau lompat tali,
Lempar gasing, galasin, layang-layang atau kasti

Cara belajar anak antara lain dengan meniru apa yang dia lihat. Suri, contoh, tauladan serta ajakan lebih mempan dibanding perintah bahkan teriakan. Kredibel adalah mengerjakan apa yang dikatakan dan diperintahkan, jagalah kredibilitas ini di depan siapapun terlebih anak.

Sumber : Sahabat Nestle

Bila Si kecil Mimpi Buruk

Mimpi buruk pada anak biasanya merupakan lanjutan dari ketakutan atau kecemasan saat ia sadar, yang terbawa terus sampai ia tertidur. Misalnya ketakutan akan hukuman orangtua, ketakutan ditinggal orangtua/pengasuh, takut sehabis menonton film horor/mendengar cerita seram, dan sebagainya. Selain itu kondisi fisik yang kurang sehat seperti demam atau adanya penyakit lain, juga dapat memicu terjadinya mimpi buruk.
Reaksi yang terjadi ketika anak bermimpi buruk, biasanya berupa teriakan di tengah tidurnya yang disertai tanda-tanda kecemasan seperti berkeringat, wajah tegang dan sulit bernafas, sehingga akhirnya seringkali membuat anak terjaga dari tidurnya dengan perasaan gelisah atau bahkan membuatnya menangis dan sulit untuk tidur kembali.

Mimpi buruk yang terjadinya hanya sesekali saja, tampaknya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Karena mungkin ini hanya merupakan wujud dari rasa takut sesaat saja. Namun apabila mimpi buruk itu terjadi berulang kali sehingga mengganggu perasaan anak, maka hal ini bisa menjadi pertanda akan adanya gangguan emosional serius yang membutuhkan perhatian orangtua ataupun bantuan seorang ahli.

Melihat efek yang tidak menyenangkan pada anak bila anak bermimpi buruk, maka untuk mencegahnya sebaiknya hindari acara film/tontonan yang tidak sesuai atau menakutkan bagi anak, usahakan waktu tidur berlangsung dalam keadaan tenang dan bahagia, ceritakan kisah-kisah ringan yang menyenangkan anak sebelum tidur, jalin hubungan yang harmonis dan lebih erat dengan anak, hindarkan anak dari perasaan tertekan dengan memberikannya rasa aman, jangan biarkan anak bermain berlebihan menjelang tidur, hindarkan memarahi anak pada saat ia akan berangkat tidur, jangan menakut-nakuti anak dan jelaskan kepadanya secara logis mengenai hal-hal yang ditakuti anak.

Tetapi apabila anak sudah terlanjur mengalami mimpi buruk, maka berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan orangtua/pengasuh terhadap anak:

Tenangkan anak sesaat setelah terbangun dari mimpi buruknya. Hampiri anak segera, peluk dan tenangkan hatinya. Nyalakan lampu kamar, agar anak segera mengenali kembali kamarnya dan benar-benar terbangun dari tidurnya. Berusahalah untuk bersikap tenang dan penuh kasih sayang. Bila perlu temani anak untuk sementara waktu sambil membelainya dengan lembut sampai anak merasa tenang dan dapat tertidur kembali. Jangan meninggalkan anak selama anak masih belum tenang.
Yakinkan pada anak bahwa mimpi hanya bunga tidur semata yang tidak akan dapat menyakiti atau melukainya. Bicaralah dengan nada lembut dan menyejukkan perasaannya. Yakinkan padanya bahwa anda akan selalu ada dan siap untuk melindunginya.
Bimbing anak untuk menghalau mimpi buruknya. Mintalah anak untuk menceritakan objek mimpi yang menimbulkan ketakutan pada dirinya.Setelah itu ajaklah anak untuk menciptakan versi baru yang menimbulkan perasaan nyaman baginya. Misalnya kalau anak bermimpi bertemu binatang buas, maka buat versi cerita baru bahwa binatang buas itu akhirnya dapat dijinakkan oleh anak
Bila anak dalam keadaan sakit, maka selain memberikan obat yang diperlukan oleh anak, orangtua sebaiknya lebih sering menengok keadaan anak untuk memastikan bahwa anak tidak dalam kondisi membahayakan, seperti kejang-kejang, sukar bernafas, dan sebagainya. Dengan banyak menengok anak, diharapkan anak akan merasa tenang. Sehingga meminimalisir kemungkinan timbulnya mimpi buruk.


Oleh: Dra. Adriani Purbo, Psi. MBA
Sumber : Sahabat Nestle

Berpuasa untuk Memelihara Emosi

Esensi berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momen bagi umat muslim untuk lebih bertakwa, disamping meningkatkan amal dan melatih kesabaran. Tapi mengapa justru di bulan puasa emosi kita mudah meledak?


Udara panas yang memicu rasa haus ditambah rasa lapar dapat membuat tubuh lemas dan emosi ikut menjadi tidak stabil. Akibatnya karena hal sepele kita menjadi mudah marah dan uring-uringan. Hanya karena kertas kerja terselip, kita dapat bertengkar dengan rekan kerja. Atau karena si kecil tidak mau tidur siang, kita menjadi sangat kesal dan marah padanya.
Karena kita tidak minum dan makan hampir 14 jam, maka suplai oksigen ke otak akan berkurang dan kadar gula dalam darah pun akan menurun sehingga mempengaruhi kerja saraf parasimpatik dalam otak yang mengatur tubuh untuk rileks dan sabar.


Tetapi jangan hanya karena alasan medis tersebut, sikap marah-marah kita dibenarkan selama bulan puasa. Justru di bulan ini, kesungguhan dan kenikmatan kita beribadah akan semakin terasa jika emosi kita terpelihara dengan baik.


Berpuasa di bulan suci Ramadhan tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan jasmani, seperti menyehatkan sistem pencernaan, tetapi juga menyehatkan mental, diantaranya memberi ketenangan, melatih disiplin pada anak, memberi kekuatan moral dan memelihara emosi.
Nah, agar kita sukses mengendalikan emosi di bulan suci tahun ini, kita harus dapat bersabar sehingga merasa lebih tenang dalam menghadapi situasi yang sulit. Secara garis besar, ada dua cara untuk mengendalikan emosi atau amarah, yaitu:


Menghindari Rasa Marah, dengan:
Menghindari KonflikJagalah sikap dan ucapan kita baik di rumah ataupun di kantor. Hindari pula sikap semena-mena, seperti main perintah, mengkritik atau menguliahi orang lain yang dapat menimbulkan konflik dan ketegangan.


Memelihara Komunikasi yang BaikPendapat yang berbeda, terutama yang berhubungan dengan tugas kantor, dapat menimbulkan adu argumentasi antara kita dan rekan kerja. Argumentasi ini dapat menjadi diskusi yang menyenangkan selama kita menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan pendapat secara sopan. Gunakan pula humor untuk mencairkan suasana.

Menghentikan Rasa Marah, dengan:
Rileksasi

Cara rileksasi yang paling mudah kita lakukan adalah menarik napas panjang yang disertai dengan ucapan positif untuk menenangkan diri sehingga amarah kita dapat diredam.
Merubah Cara BerpikirMarah dapat menyebabkan kita mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat menyakiti perasaan orang lain sehingga menimbulkan pertengkaran. Cobalah untuk berpikir secara rasional dengan mengingatkan diri sendiri bahwa di bulan puasa ini kesabaran kita sedang diuji. Marah juga tidak akan menyelesaikan permasalahan dan tidak akan membuat perasaan menjadi lebih baik.


Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Saling memaafkan tidak hanya dilakukan di hari raya, saat di bulan suci pun kita sudah selayaknya memberi maaf pada mereka yang telah berbuat salah. Selain membuat perasaan menjadi lebih lega, memaafkan juga akan mempertahankan tali silaturahmi. Hendaknya, kebiasaan mengendalikan emosi ini dapat kita pelihara meski bulan puasa sudah lewat. Karena sesungguhnya, puasa akan merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. (**/nas)

Sumber : Sahabatnestle